Jadi musti dibaik-baikin…

Musti dilayani dengan sepenuh hati…

Itu katanya prinsip berjualan yang benar, sesuai dengan kaidah berdagang yang benar.

Sebagai penjual, tapi sering juga jadi pembeli aktif yang hobi belanja dan impulsif kelas berat, saya mencoba memahami kedua belah pihak. Sebagai pembeli, tentu kita maunya dilayani dengan baik dong. Ramah, butuh dipuji-puji dikit juga, jangan digalakin apalagi dijudesin.

Jadi inget, waktu itu saya mau beli celana komprang. Saya minta ukuran M. Mas yang jaga ngotot banget kalau badan saya ini nggak bakal cukup ukuran M, muatnya pasti XL! Nyebelin bangeut kan?!? Diomongin gitu, saya jadi makin ngotot mau coba yang ukuran M! Dan dengan jumawa keluar dari kamar pas untuk nunjukin bahwa saya masih pas kok pake ukuran M! Btw, insiden ini membuat saya jadi bahan tertawaan kakak dan adik saya yang waktu itu belanja bareng, gitu aja diladenin. Tapi emang bener kan si mas itu nyebelin! Ukuran badan gitu lho, SENSITIP !!! hihihi 😛

Tapi kalau pembelinya nyebelin gimana?

Jujur saya penjual egois. Ada yang nawar, nawarnya nyebelin, ya nggak saya kasih. Pernah saya bazaar di Kemang, dan ada mbak-mbak baik nan cantik yang belanja baju-baju saya. Lumayan banyak. Dan dia nawar. Karena dia sepertinya baik hati, jadi saya kasih-kasih aja. Baru pas si mbak pergi, saya itung, ternyata saya cuman untung 1,000 rupiah! Padahal belanjaannya lumayan banyak, lebih dari 5 potong. Berarti kan sebenernya ada yang saya jual rugi hehehe

Tulisan saya yang blacklisted online seller masih part 1 ya, belum disambung. Mau ngomong soal yang black-listed buyer dulu. Jangan salah, kita juga punya lho blacklisted buyer. Dari cerita orang-orang, pembeli memang kadangan suka ajaiiibbbhhh!!! Alhamdulillah, pembeli saya masih taraf normal.

Di antara sesama penjual terkadang ada cerita beredar soal pembeli yang ‘nggak normal’. Kocak-kocak ceritanya, sekaligus ngenes hehehe

Ada yang cerewet bangeut. Nawarnya kayak yang barang yang kita jual itu nggak ada harganya (masalah tawar-menawar harga ini emang sensitip. Saya juga suka sebel kalau ada yang nawar kelewatan. Emang dikiranya kita untung banyak ‘kali ya?). Eh, udah susah-payah meladeni tawar-menawar sampai seminggu (maklum, jualan online), lengkap dengan eyel-eyelan, eh ternyata nggak jadi. Batal begitu aja. Kalau saya sih, kalau dari awal dia nawarnya udah keterlaluan, saya bilang aja nggak. Kalau dia teteup keukeuh, bilang aja barangnya udah laku. Males ngeladenin.

Ada lagi cerita lain. Ada pembeli yang memaksa mengembalikan barang yang sudah dia beli dari teman saya, jaket jeans. Alasannya nggak muat. Memang ada refund policy, maksimal satu minggu setelah barang diterima. Dan dia kok agak-agak lupa dengan si jaket ini. Kapan belinya ya? Dia tanya ke pembelinya, kapan belinya? Kata pembelinya, baru, tapi dia juga lupa kapan. Buka-buka catatan lama, ternyata jaket jeans itu dibeli 6 bulan lalu! Dan baru mau dikembalikan sekarang, setelah dipakai berbulan-bulan! Hallloooo…?!?!? Setelah teman saya itu bilang kalau pembeliannya sudah 6 bulan lalu, baru sang pembeli dengan malu-malu mengakui. Duh!

Ada lagi pembeli yang seperti tidak kenal waktu. BBM jam 2 dinihari, dan sibuk PING PING PING karena belum dibalas. Begitu dibalas jam 9 pagi, komennya “Lama banget sis responnya”. Upphhh! Belum lagi pembeli yang mencoba nipu. Bilang sudah transfer, tapi ternyata tidak.

Kalau saya pribadi, kalau jualan, saya lebih senang memberlakukan pembeli sebagai teman. Sebagai partner. Kita sama-sama butuh kok…Sebagai teman, kita akan saling membantu kan. Saya sebagai penjual akan berusaha memenuhi kebutuhan pembeli akan suatu barang. Dan si pembeli membantu saya memenuhi tujuan saya. Apa tujuannya? Kalau saya, tujuan saya berdagang selain untuk tambahan penghasilan, juga untuk menambah network. Alhamdulillah, banyak juga pelanggan yang awalnya pembeli akhirnya malah jadi teman 🙂

Dan sebagai partner penjual yang baik, sangat penting untuk kita yang jualan kecil-kecilan ini, untuk punya hal-hal berikut:

– Jam kerja. Walaupun kita jualan sambilan, sambil masak, sambil momong anak, alokasi fix jam kerja setiap hari sangat membantu. Kalau bisnisnya online, beri informasi jam buka di toko online kita. Misal, pemesanan bisa 24 jam, tapi follow up dan kalau ada pertanyaan, akan dilayani pada jam buka, 09.00 – 17.00

– No rekening bank yang terpisah dengan rekening pribadi. Ini penting. Selain membantu mengatur keuangan nantinya, juga kita jadi bisa tahu kalau ada transaksi. Jangan sampai kita ternyata rugi, tapi kita tidak sadar, karena masih ada sisa uang belanja di dalam rekening. No rekening bisnis harus bisa dimonitor lewat mobile banking dan internet banking. Jadi kalau ada pembeli yang bilang sudah transfer, kita bisa langsung periksa apakah benar. Banyak lho kasus yang bilang pembeli sudah transfer, bahkan ada bukti transfernya, tapi ternyata tidak.

– No HP juga kalau bisa terpisah antara bisnis dan pribadi. No HP ini harus gampang dihubungi, baik melalui SMS, whatsapp atau BBM. Matikan HP bisnis di luar jam kantor tadi. Dan untuk pembelian pulsa HP bisnis ini, juga harus pakai uang bisnis dong 🙂

Selamat melayani pembeli sebagai teman 🙂

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *