Apakah kebahagiaan bisa dinilai dengan uang?
Kalau iya, berapa harganya?
Dari banyaknya penelitian yang membahas relasi antara kebahagiaan dan uang, ada sebuah penelitian yang membahas lebih detail lagi. Penelitian oleh Andrew T Jebb, Louis Tay, Ed Diener, dan Shigehiro Oishi tentang “Happiness, income satiation and turning points around the world” ini membahas berapa uang yang dibutuhkan untuk merasa bahagia di berbagai belahan dunia. Apakah kebahagiaan akan meningkat terus seiring dengan meningkatnya pendapatan? Atau ada tipping point, titik balik, dimana ketika pendapatan meningkat lagi, kebahagiaan justru akan tetap sama?
Perhatian saya tentu untuk angka-angka hasil penelitian di Indonesia, Australia, dan Selandia Baru. Tiga negara dimana saya tinggal dan ada keterikatan rasa. Dan sampai saat ini, teman-teman online dan offline saya juga kebanyakan dari 3 negara tersebut.
Ini hasil lengkapnya penelitian tadi
Australia jadi top 3 negara termahal untuk bahagia di antara 164 negara. Konon menurut penelitian itu, kita butuh USD 120 ribuan atau sekitar Rp 190 jutaan setahun untuk merasa bahagia 100% di Australia. Agak ironis karena rata-rata pendapatan di Australia AUD 68,900 per tahun buat basic workers, dan sekitar AUD 108,980 buat yang pekerja ahli. Tetap masih di bawah standar buat hidup bahagia 100%. Jadi sebagian besar orang yang tinggal di Australia nggak bahagiakah?
Menurut penelitian itu juga, untuk hidup bahagia di New Zealand perlu sekitar USD 114,597 USD atau NZD 187,000. Padahal standar gajinya lebih rendah, yaitu sekitar NZD 61,692 per tahun. Lebih susah lagi dong orang yang tinggal di NZ untuk bahagia?
Bagaimana dengan di negara tercinta? Di Indonesia perlu sekitar USD 36,569 atau sekitar Rp 572.500.000 per tahun untuk bahagia. Atau sekitar Rp 48 juta rupiah per bulan. Itu kata penelitian lho ya, jangan protes ke saya. Walaupun pasti ada perbedaan untuk masing-masing propinsi, tapi penelitian ini tidak membahas sampai sedetail itu.
Menurut penelitian tadi, angka-angka di atas adalah yang dibutuhkan untuk 100% merasa bahagia. Kebahagiaan akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan sampai mentok di angka yang konon mencapai 100% kebahagiaan itu tadi. Lewat dari angka itu, walaupun pendapatan naik, bahagianya sama. Jadi di Indonesia punya pendapatan di atas Rp 200 juta rupiah per bulan itu bakalan sama bahagianya dengan yang pendapatannya Rp 48 juta itu tadi. Lagi-lagi, ini menurut penelitian ya.
Yang penasaran gimana ya rasanya punya penghasilan Rp 200 juta sebulan atau Rp 500 juta sebulan, target punya Rp 48 juta aja dulu sebulan. Konon rasanya sama.
Terus kita yang penghasilannya di bawah itu bagaimana? Nggak bisa bahagia kah?
Ya bahagia juga, walaupun kata penelitian itu tidak 100%.
Tapi ada penelitian lain lagi dari Harvard University. Menurut penelitian ini korelasinya lebih besar antara bagaimana orang membelanjakan uangnya, daripada berapa banyak uang yang kita punya. Jadi yes, money can buy happiness, tergantung bagaimana cara menghabiskan uangnya. Mantap kan.
Terus bagaimana dong sebaiknya kita menghabiskan uang, supaya kebahagiaannya bisa maksimal dengan uang yang pas-pasan. Siapa tahu gaji tidak sampai 48 juta tapi bahagianya sama, ya kan?
Hasil penelitian Harvard University memberikan 8 prinsip yang harus dilakukan untuk dapat merasa bahagia dari uang.
- Beli lebih banyak pengalaman. Kurangi belanja barang-barang yang materialistik. Contohnya mendingan beli tiket liburan daripada beli tas branded.
- Gunakan uang untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Contoh donasi, amal dll.
- Beli banyak kebahagiaan kecil daripada sedikit kebahagiaan besar.
- Warrants dan over-price insurance nggak usah diambil.
- Delay consumption. Kalau yang nggak perlu, nggak usah dibeli. Cuman jadi beban hidup, apalagi kalau belinya pakai ngutang. Big NO NO.
- Think about what you are not thinking about. Ini agak belibet ya kedengerannya. Intinya kadang kebahagiaan tuh tidak seperti yang kita bayangkan. Kita bayangkan akan bahagia kalau bisa beli rumah di pinggir pantai, punya mobil mewah dan lain-lain. Tapi pada waktu kenyataan itu tercapai, ternyata tidak seperti itu juga. Terkadang kita fokus hanya ke satu dua hal yang menurut kita bisa membuat kita bahagia dan melupakan aspek-aspek lain yang juga mempengaruhi kebahagiaan itu.
- Hati-hati dengan comparison shopping. Tahu kan yang kalau belanja online sering membandingkan barang A dengan barang B, atau kalau lagi mau beli properti, lalu lihat-lihat dan kita bandingkan. Terkadang perbandingan yang kita buat sebelum membeli belanja itu tidak sama dengan perbandingan ketika kita mengkonsumsinya.
- Lihat apa yang membuat orang lain bahagia. Kebahagiaan itu menular. Jangan malah iri.
Delapan poin itu didapat dari hasil penelitian juga ya. Dan dari 8 itu ada beberapa poin yang menunjukkan bahwa punya relasi sosial yang baik juga membuat hidup kita lebih bahagia. Berbahagialah di Indonesia yang komunal ini, tinggal pintar-pintar kita memilih dan memilah relasi sosial yang bagaimana dan dengan siapa. Kalau enggak dipilih, bukannya bahagia nanti malah makan ati 🙂