“Mba Dedek, orang xxx itu gimana ya sifatnya? Saya dengar sering nipu. Benar nggak ya?”.

Satu kalimat di WhatsApp yang masuk setelah saling bertanya kabar membuat saya merenung. Sang teman yang anaknya sudah beranjak dewasa terdengar gundah karena anaknya sedang dekat dengan seseorang, yang berasal dari xxx tadi. Menurutnya, saya mungkin bisa memberi pandangan, mengingat teman saya yang lumayan banyak dari beragam kalangan dan suku bangsa.

Saya tercenung. Bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab.

angan suka berbohong, apalagi menipu, dan berusaha untuk selalu jujur adalah salah satu nilai hidup yang saya dapat dari orang tua saya. Dan menurut saya penting sekali untuk diajarkan ke anak-anak. Beruntung, anak-anak di sini ditanamkan juga pentingnya nilai- nilai kejujuran di sekolah. Kejujuran lebih penting daripada jadi juara di kelas atau dimana pun.

Anak-anak dibebaskan untuk menentukan sendiri kegiatan apa yang akan mereka lakukan hari itu di sekolah dan mempertanggungjawabkan pilihannya. Kalau di kelas Rania, umur 8 tahun, anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok sea, earth, dan sky. Di kelompok mana mereka berada, akan menentukan seberapa besar mereka bisa dipercaya dan seberapa besar tanggung jawab yang diberikan di kelas. Yang tertinggi adalah kelompok sky. Rania di kelompok earth.

Di Selandia Baru, saya memang merasa banyak hal dilakukan berdasarkan rasa percaya. Di kantor juga begitu. Atasan membebaskan kami menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang kami pilih sendiri. Tidak ada dikte. Semua saling percaya kalau masing-masing akan mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik.

Tidak semua orang bisa dipercaya, tentu. Dan saya belajar bahwa nilai kejujuran adalah nilai umum, yang tidak terbatas pada suku, ras, agama dan golongan. Ada beberapa stereotype golongan ras tertentu yang saya sering dengar kalau sulit dipercaya, karena biasa omong besar. Tapi kenyataannya ternyata tidak selalu seperti itu.

Sebagai pengusaha, kedua orangtua saya sepertinya sudah bolak-balik ditipu orang. Yang terparah dan berpengaruh besar untuk keluarga kami adalah ketika kedua orangtua saya ditipu habis-habisan sampai bangkrut dan kehilangan gudang dan tanah tempat usahanya. Walaupun kejadiannya sudah hampir 30 tahun yang lalu, tapi sampai sekarang saya masih ingat saat-saat sulit yang harus kami hadapi.

Dan tipu-menipu ini saya temui tidak hanya terjadi di Indonesia. Walaupun dengan skala yang jauh lebih kecil.

Waktu dulu tinggal di Muscat, Oman, kami tinggal di flat. Yang disebut flat itu seperti mini apartment, dengan 3 lantai bangunan. Di tiap-tiap lantai ada 2 unit. Unit kami di lantai dasar, di sebelah kanan. Dan di sebelah unit kami ada keluarga lain.

Suatu waktu, ketika pulang dari berbelanja, sampai di rumah, saya tersadar kalau dompet saya tidak ada. Saya tanya ke mba asisten rumah yang kebetulan tadi menemani saya berbelanja, lihat nggak dompet saya. Dia yang sedang di kamar anak saya, tiba-tiba bilang, “Bu, itu dompet Ibu jatuh di depan pagar.”.

Unit kami terletak di lantai dasar, dan jendela kamar anak saya menghadap ke luar, jadi terlihat jelas. Lalu dia bilang lagi, “Oh, diambil sama tetangga depan, Bu.” Maksudnya tetangga yang rumahnya di unit sebelah kami. Saya pikir nanti dia bingung nggak tau itu dompet punya siapa, jadi saya tunggu saja di depan pintu unit kami. Jadi begitu dia masuk, kan ketemu, dan bisa saya bilang itu dompet saya.

Benar saja. Tetangga saya dan seorang temannya masuk. Spontan saya bilang, “Hi, the wallet that you found in front is mine”. Dia bingung, dan bertanya ke temannya, yang kebetulan tidak terlalu paham bahasa Inggris, lalu bilang kalau mereka tidak tahu menahu soal dompet. Saya ikut bingung πŸ™‚ Saya bilang kalau mba saya lihat temannya itu menemukan dompet saya di depan gerbang dan mengambilnya. Kalau dia salah lihat ya sudah. Tetangga saya malah bilang darimana mba saya tahu kan tadi di dalam. Dia ngotot tidak mungkin mba saya bisa melihat.

Saya malas menjelaskan kalau dari jendela kamar anak saya, pintu gerbang depan itu terlihat jelas. Daripada panjang masalah, saya sudahi saja. Lalu mba saya bilang lagi kalau sepertinya dia melihat kalau temannya sang tetangga yang tadi memungut dompet saya membuang sesuatu ke kotak sampah seberang. Saya penasaran, langsung ke kotak sampah depan (di depan rumah memang ada kotak sampah seperti bin besar untuk buang-buang sampah). dan ternyata dompetnya ada, tapi isinya sudah nggak ada πŸ™‚

Lalu, dengan segala nilai-nilai kejujuran yang ditanamkan sejak dini di Selandia Baru, dan seperti sudah menjadi sesuatu yang mendarah daging, apakah berarti semua orang jujur? Tidak juga.

Kami baru 9 bulan pindah ke Selandia Baru ketika kami membeli rumah yang sekarang kami tempati ini. Berhubung rumah lama, ada beberapa renovasi yang perlu dilakukan. Seperti upgrade insulasi, install heat pump, ganti pipa air, termasuk juga kami mau merubah jendela di samping rumah menjadi pintu geser. Masing-masing proyek itu dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda. Ada yang dikerjakan plumber, ada juga yang builder. Sistemnya di sini biasanya adalah kita minta penawaran dari 3 kontraktor yang berbeda, lalu kita tentukan mana yang kita pilih.

Untuk upgrade insulasi kami kebetulan mendapatkan rekomendasi dari teman yang anaknya punya bisnis insulasi. Untuk heat pump juga kami bertemu dengan vendor terpercaya. Juga untuk ganti pipa air, plumbernya sampai sekarang masih jadi langganan kami.

Untuk jendela samping rumah, kami pikir sama seperti yang lain. Setelah kami pilih, kami bayar DP. Lalu tunggu waktu pengerjaan.

Kami pindahan rumah bulan Juli-Agustus 2015, dan langsung bayar DP semua kontraktor yang akan mengerjakan renovasi rumah. Yang lain OK, tapi setelah bayar DP untuk ganti pintu geser, sampai Desember belum ada tanda-tanda kapan akan dikerjakan. Kami tanya lagi ke dia. Katanya pabrik kacanya (karena diganti pintu geser dengan ukuran custom, jadi harus dipesan dulu pintunya) sedang sibuk sekali mengejar orderan untuk diselesaikan sebelum Natal. Ya sudah kami tunggu.

Januari kami email lagi. Dan tidak ada balasan sama sekali. Kami cari ke alamat yang dia beri, ternyata tidak ada nama itu di alamat tersebut. Suami saya penasaran sekali dan sempat cari informasi perusahaannya ke City Council dan beberapa lembaga berwenang (saya lupa apa saja). Kami sempat telusuri alamat-alamat lamanya sampai Porirua pedalaman sana bahkan Upper Hutt ke sana lagi, tapi nihil. Akhirnya kami ikhlaskan saja. Lapor polisi juga percuma karena perusahaannya sudah dideklarasikan bangkrut, jadi sudah tidak mungkin bisa dituntut juga.

Perjalanan hidup yang membawa saya bertemu dengan banyak orang, sedikit banyak mempengaruhi pandangan saya tentang sifat manusia. Kejujuran memang penting untuk diajarkan ke anak-anak. Tapi juga sangat penting untuk mengajarkan kalau kejujuran bukan hanya hak milik satu golongan saja.

Saya beruntung diberi kesempatan bertemu lebih banyak orang jujur daripada yang tukang bohong. Sama seperti orang jujur yang bisa kita temui di mana saja, tukang bohong dan penipu juga ada dimana-mana. Tidak terbatas suku, golongan, ras, dan agama mana dia berasal. Siapa pun itu yang kita temui, yang pasti selalu ada pelajaran hidup yang diberi. Carpe diem!

Artikel ini diikut sertakan minggu tema komunitas Indonesian Content Creator.

Recommended Articles

20 Comments

  1. Gemes rasanya kalo ada orang yang sering nggk jujur gitu ya mbak, memang udah mendarah daging mungkin ya. Nudzubillah, semoga kita dijauhkan dari para penipu ulung πŸ˜€

  2. Saya juga mungkin bakal tercengang mbak, kalo ada yang nanya begitu…”Saya dengar sering nipu. Benar nggak ya?”

    Duh mau jawab apa gitukan bingung. Takut Gibah pula nantinya. Paling dialihkan dengan kalimat, “Eh iya yah hem aku kurang tau sih..”

  3. DP-nya padahal lumayan, ya, Mbak, yang buat pintu geser? Gemas juga kalau begitu, ya… Kirain segala sesuatu sudah tersistem jadi lebih tepercaya gitu. Kehati-hatian dan tidak berharap terlalu tinggi pada akhirnya tetap perlu yaa.

  4. innalilahi kak, semoga apa yang menimpa dengan keluarga kakak dan kejadian waktu renovasi rumah bisa menjadi penebus dosa ya kak.

    Kalau memang bangkrut, memang tidak bisa diapa-apain.
    Sama halnya dengan di Indonesia.

  5. Motif orang nipu emang banyak ya mbak. Wallahu a’lam. Semoga mbak Dedek selalu diberikan kemudahan

  6. Isi dompetnya habis tapi kartu2nya masih ada apa gimana kak? Di indonesia aja klo kehilangan dompet berisi kartu penting lapor polisi dll. Kan repot juga ya, apalagi di luar negeri…

  7. Wah semoga hak kakak yang sengaja diambil orang terhadap dompet dan isinya, Allah ganti yang lebih besar ya aamiin. Semoga urusannya selalu dimudahkan. Btw jadi orang jujur itu emng berat ya kak. Semoga kita termasuk golongan yang memiliki sifatΒ² terpuji dan dijauhi dari sifat tercela.

  8. aamiiinnn mba. Gpp kadangan perlu juga kayaknya ketemu yang bodong hahah itung2 ngapus dosa πŸ˜€

  9. hihhi iya…aku juga jadinya jawabnya tentative πŸ˜€

  10. Lumayan mba, DP 50% hihi Belasan juta kalau dirupiahkan. Gpp, sekarang udah kok pintu gesernya, alhamdulillah terus dapet builder yang lebih OK mba…

  11. aaamiiin aamiiinnn Kak…Iya, kita juga ikhlasin aja, anggep2 nebus dosa ya πŸ™‚

  12. aamiiinnn Kak…makasih ya

  13. kartu-kartunya alhamdulillah masih ada semua Kak…Dia cuman ambil uangnya aja, karena cepet juga sih ya prosesnya πŸ™‚

  14. aamiiinnn aamiiin…iya kadangan aku juga ngerasa belum bisa jujur sepenuhnya. Masih suka korupsi waktu kalau kerja, sambil ngeblog huhuhu

  15. dimana-mana bisa ada penipu gitu ya mbak dedek. semakin panjangnya perjalanan hidup jadi lebih bijaksana dan hati2 dalam bergaul ya mbak

  16. saya rasa sifat manusia dimanapun sama saja ya, yang jujur atau tidak ya kembali lagi ke manusianya. mau di indo, oman atau selandia bahka iceland sekalipun. dan pendidikan dasar pada anak memang dasarnya.

    tapi tenang kak, kalau ditipu/dirampok orang…insyallah selalu ada gantinya teh dari Allah.

  17. waah, serem banget tu orang. ga mau ngaku udah ngambil dompet. Orang jahat atau orang baik tuh dimana mana ada semua di belahan dunia

  18. iya mba, makin tua makin terasah feelingnya hihi mana yang bisa dipercaya mana yang nggak πŸ˜€

  19. setuju kak, balasannya masing-masing ya πŸ™‚

  20. betulll Kak…jadi nggak tergantung sama suku atau agama apa ya πŸ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *