Sebulan di Welli: 16 Random Facts and Stories

Hari ini, 22 Desember, selain hari ulang tahun (almh) Mama saya (Al Fatihah…), tepat juga sebulan kami tinggal di Welli.

des1

Alhamdulillah, anak-anak senang, walaupun belum mulai masuk sekolah (nanti masuknya awal Februari). Emaknya juga udah mulai ngeh gimana-gimananya, belanja apa dimana, daerah ini gimana dll. Yang pasti kota ini aman, damai, tenteram, dan bersih. Pernah 2 kali ninggalin rumah nggak dikunci (yang pertama kuncinya kebawa suami, daripada nanti ribet kalau saya pulang duluan, jadi pintu belakang nggak dikunci. Yang kedua karena udah buru-buru mau pergi, dan kunci rumah nyelip gak tau dimana. Jadi nggak dikunci juga). Alhamdulillah aman hehe…

Masih banyak yang musti dikerjain supaya bener-bener settle, tapi ini 16 random facts and stories selama kita di sini:

1. Tempat tinggal. Sementara ini kita tinggal di Churton Park, salah satu suburb di district Wellington (ada 4 district: Wellington, Porirua, Lower Hutt dan Upper Hutt). Suami kerja di Upper Hutt CBD, di district Upper Hutt. Kalau di peta yang di kanan atas itu. Naik mobil lewat motor way 30 menit ke kantor suami, 20 menit ke Wellington Central. Win-win.

wellimap

Kalau menurut website ini, daerah Churton Park adalah salah satu daerah yang paling culturally diverse di Wellington. Banyak imigran pendatang yang tinggal di daerah ini.

2. Transportasi. Di sini enak, transportasi umum reliable. Saya agak lama settling in waktu di Muscat, karena agak susah kemana-mana sendiri di sana waktu belum punya SIM. Bis unreliable (kalaupun ada, gabung dengan pekerja-pekerja kerah biru pria India/Srilanka). Jadi musti nunggu suami pulang kerja atau weekend atau naik taxi kalau terpaksa. Baru setelah punya SIM (lolos setelah 5 kali ikut ujian SIM Oman yang terkenal ajaib itu), hapal jalan, hapal dimana kalau mau ini kalau mau itu, baru bahagia deh heheheh…

Kalau di NZ, SIM Indonesia (saya masih ada SIM Oman juga) bisa dipakai setahun. Baru abis itu bisa convert (otomatis, gak perlu test) ke SIM NZ, tapi yang kelas learner aka beginner. Ada limitasinya. Nanti kalau mau dapat yang full driver license musti ikutan test lagi. Tapi setidaknya kalaupun nggak ada mobil, di sini ada bis dan kereta api. Jadi masih gampang kemana-mana.

3. Cuaca. Sebelum datang ke Welli, udah baca banyak dan dikasih tau teman juga soal cuaca di sini yang berangin dan ajaib. Dalam sehari cuaca bisa berubah-ubah drastis. Pagi dingin dan berkabut. Sore cerah terang benderang. Alhamdulillah sampai sini waktu summer, jadi adaptasi bisa cepat. Awal dateng saya kedinginan terus. Sekarang udah mulai OK 🙂 Summer di sini lebih menyenangkan menurut saya daripada summer di Belanda. Setidaknya walaupun berangin, di sini mataharinya banyak 🙂

4. Makanan. Alhamdulillah lagi, nggak susah ternyata cari makanan halal di sini. Berhubung saya dan suami hobinya makan, jadi target nyobain semua restaurant halal yang ada di sini. So far baru nyobain 4 (review menyusul). Kalau daging sapi mentah, ada halal butcher. Kalau daging ayam, selain beli di halal butcher itu, bisa dibeli di supermarket juga. Kemarin saya nemu bakso ikan dan seafood Dodo yang kayak di Oman di Pak n Save (supermarket di sini). Ada logo Halalnya. Hooraaay! Bumbu-bumbu juga lengkap di sini. Dari bumbu mentah sampai bumbu instan. Daun pisang, daun pandan dll juga ada walaupun frozen. Ada lumayan banyak supermarket Asia. Di dekat rumah, daerah Johnsonville aja ada 3 toko Asia. Setiap Jumat ada ibu-ibu Indonesia yang bikin makanan Indonesia dan bisa dipesan. Double hooray!

4. Belanja. Biasa emak-emak, penting ini survey tempat belanja dimana hehe…Kalau untuk beli bahan makanan, ada 3 tempat  (selain toko Asia) so far yang saya datangi gantian: Pak n Save, Countdown dan New World. Ternyata kalau beli sayurmayur dan buah, lebih murah beli di Fresh Produce Market yang adanya tiap weekend. Dekat rumah saya adanya setiap hari Minggu. Seru deh. Seneng bangeut liat sayurbuah seger-seger gitu, murah pula. Kalau beli ikan, katanya lebih murah di toko/kios yang jual ikan khusus, jangan di supermarket. Saya belum sempet ke toko ikan, jadi belinya masih di supermarket. Ntar deh, baru sebulan ini hehe…

pasar

DSC_1618 (1)

Bahagianya ketemu kangkung seger-seger, gendut-gendut

5. Friendly people. Orang sini bener-bener ramah dan baik hati. Senyum kalau ketemu. Senyum dan kasih tangan kalau dikasih jalan (mobil mau masuk dll). Walaupun nggak kenal. Kasir di supermarket juga pasti nanya how are you? Abis itu udah kelar, have a good day. Looks like everybody is happy hehehe…

Waktu di pesawat berangkat, saya duduknya terpisah dengan kakak ipar yang ikut mengantar. Jadi saya duduk hanya dengan Radit (5 tahun) dan Rania (2 tahun). Ada bapak tua yang duduk di belakang saya, repot ngasih tau supaya tas saya ditaro di atas dll. Awalnya saya agak terganggu, karena lagi repot ngurusin anak-anak supaya duduk dulu, baru ngurus koper. Tapi ternyata bapak itu cuma niat bantu naro koper saya itu di atas.

Ada kejadian lain waktu Rania mecahin tempat sabun keramik di Warehouse (toko kayak Home Centre gitu kalau di Oman, tapi tanpa furniture besar-besar dan jual buku alattulis craft juga. Atau kayak Index kalau di Indonesia, tapi jual bajusendal dll). Saya panggil mas yang jaga, mau nanya saya musti ganti 1 set atau bisa tempat sabunnya aja. Mas baik hati itu malah bilang nggak perlu ganti. Saya sempat nanya kenapa, kan anak saya yang mecahin. Saya ya ganti gak apa-apa. Tapi katanya it’s an accident, and accident happens. Duh, saya sampe bengong melongo speechless. Itu toko jadi favorite saya sekarang. Plus ada free WiFi pula hehehe…

6. Biaya Hidup. Baru sebulan sebenernya belum bener-bener kebayang gimana biaya hidupnya. Estimasi ada, dari hasil browsing sanasini sebelum ke sini. Tapi sejauh ini, untuk belanja grocery sepertinya lebih murah daripada di Oman. Setiap hari ada aja yang di SALE, termasuk bahan makanan. Kalau di Oman musti nyetok karena stoknya kadang ada kadang tiada, kalau di sini stok items yang sale, karena (konon katanya) beda harganya lumayan jauh 🙂 Kalau ditanya harga per item barang, terus terang saya nggak hafal hehehe…

7. Gaya Hidup. Orang sini sangat peduli dengan hal-hal yang berbau ramah lingkungan, hemat energi, dan mendukung produksi lokal. Sama kayak di Belanda, ada supermarket yang tas plastiknya musti beli. Tapi ada juga yang dikasih kantong plastik, tapi ditanya dulu, butuh plastik gak? Kalau kita bilang nggak perlu, ya nggak dikasih tas plastik kresek. Saya lebih suka nggak pake tas plastik sih, menuh-menuhin dapur.

Selain itu, di sini keliatan banget life balancednya. Suami saya yang gila kerja berdedikasi tinggi itu selalu pulang paling akhir dari kantor, karena jam 5 kantornya otomatis udah kosong! Ntar kalau udah 3 bulan di kantor ini, jam 5 anak-anak biar telpon bapaknya supaya pulang hehehe…Pembuktian diri cukup 3 bulan pertama aja dong hehhe…

Yang enaknya lagi, disini orang nggak peduli si itu pakai baju apa, pakai tas merk apa, mobilnya gimana. Mobil di sini tua-tua. Jauh bangeut kalau dibandingin mobil-mobil di Oman. Kami juga beli mobil tua di sini, tahun 2004. Tapi masih bagus dan mulus. Pemilik showroom mobil bekasnya orang Indonesia, dia import mobil bekas langsung dari Jepang. Mungkin sudah diperbaiki dulu, jadi seperti mobil baru walaupun bekas.

8. Park. Berhubung sekarang summer, jam 9an malam baru mulai gelap. Jadi waktu jalan-jalan dan liat-liat kota ini bisa lama. Kalau weekend, kami suka ke park. Parknya bagus-bagus di sini. Semua dialasi playmat karet, jadi aman buat anak-anak. Bersih yang pasti. Dari 10 playgrounds ini, baru 3 yang kami datangi (review menyusul). Selain park, anak-anak juga suka museum Te Papa dan Wellington zoo (review menyusul terpisah).

9. The Indonesians. Alhamdulillah jadi orang Indonesia ya. Dimana-mana pasti ada komunitasnya, karena pada dasarnya budaya kita yang kekeluargaan dan suka kumpul-kumpul. Di Wellington sendiri ada perkumpulan orang Indonesia namanya Kamasi (Keluarga Masyarakat Indonesia), ada juga UMI (Umat Muslim Indonesia), ada juga Perkumpulan agama Kristen. KBRI di Wellington juga sepertinya cukup banyak bikin acara yang mengundang masyarakat. Ada olahraga bersama, bahkan sampai ada Athan Cup (pertandingan olahraga antar warga), di KBRI minggu lalu ada perayaan Hari Ibu dan minggu depan ada perayaan Natal (kebaktian untuk umat Kristiani dan open house seminggu kemudian untuk semua).

Screenshot_2014-12-21-08-55-09~2~2 (2)Radit menang lomba mewarnai dalam rangka Hari Ibu di KBRI

10. PL(N) alias perusahaan listrik di New Zealand adalah perusahaan swasta. Ada sekitar 12 perusahaan kalau menurut situs ini. Waktu datang, kami nggak tau kalau harus register dulu ke salah satu perusahaan swasta itu. Listriknya sudah nyala, jadi kami pikir ya seperti di Indonesia dan Oman, milik negara. Tinggal nanti bayar bulanan.

Waktu datang inspeksi, landlord rumah yang kami sewa memberi tahu kalau kami harus segera daftar langganan listrik. Belum sempat daftar, keesokan harinya, tiba-tiba arus listrik mati. Paniklah saya telpon suami yang lagi ngantor. Suami langsung telpon salah satu perusahaan, dan listrik menyala setengah jam kemudian, tanpa perlu ada petugas yang datang. Jadi diidupinnya remote, cool!

11. Gajian di sini mingguan, atau paling lama 2 mingguan. Kalau di kantor suami tiap hari Rabu. Lumayan juga, jadi nggak gaji 20 koma (seetelah tanggal 20, koma alias bokek tiap akhir bulan hehe…).

12. Sewa rumah di sini nggak gampang. Tidak seperti di tempat lain yang first come first served, di sini semua yang berminat sama rumah itu submit aplikasi beserta referensi. Nanti dipilih oleh owner, yang biasanya liat referensi landlord sebelumnya. Kalau seperti kami yang baru pertama datang dan belum ada referensi landlord sebelumnya, agak susah juga. Alhamdulillah dapet juga akhirnya, setelah beberapa kali ditolak.

13. Sekolah. Karena sekolah di sini berdasarkan zone (sekolah dekat rumah), jadi waktu mau cari rumah, kami cari daerah yang rekomendasi sekolahnya bagus. Alhamdulillah kemarin waktu daftar sekolah Radit, ketemu principal dan guru kelasnya, baik-baik bangeut. Saya jadi super duper terharu. Nanti saya bahas di postingan sendiri soal sekolah ini ya. Saya sempat agak shock awalnya waktu dibilang Radit nanti masuk year 2. Dia baru akan 6 tahun Maret 2015 nanti, dan berarti dia nggak ngerasain kelas 1 SD. Tapi lagi-lagi seneng ketemu guru wali kelas baik banget, dan setelah tanya-tanya juga, saya makin mantap Radit masuk sekolah itu kelas 2 :).

Primary education di sini 8 tahun. Year 1-6 kayak SDnya, terus lanjut Intermediate (SMP) 2 tahun. Secondary education (SMAnya) 4 tahun (year 9 – 13). Bisa 3 tahun kalau mau masuk politeknik. Jadi di year 13, tahun terakhir itu mereka benar-benar dipersiapkan untuk masuk universitas.

14. Fuel discount! Karena di sini bensin mahal, jadi banyak toko yang promonya ngasih diskon beli bahan bakar. Ada yang diskon 4 cent per liter kalau belanja minimal 75 NZD. Ada yang diskon 6 cent. Yang paling uhuy promo beberapa minggu lalu, diskon 35 cent untuk belanja minimal 200 NZD. Lumayan bangeut.

15. GP aka General Practice. Di sini begitu datang juga harus daftar di GP aka dokter umum. Terus daftar di Public Health Office (voluntary) supaya bisa dapet subsidi biaya dokter (untuk resident). Sama seperti di Belanda, nggak bisa langsung ke dokter spesialis, harus ke GP dulu. Nanti kalau memang perlu ke spesialis, akan diberi rujukan.

16. Crafts dan handmade items. Yang kenal saya lama pasti tau betapa tergila-gilanya saya dengan barang-barang handmade. Dan di sini ada Wellington Underground Market, setiap hari Sabtu, yang isinya penuh dengan barang-barang handmade. Bahagiaaa…! Belum lagi alat-alat craft, lengkap! Saya belum ke toko khusus craft, tapi bahkan di Warehouse pun (toko yang saya cerita di atas) alat-alat craftnya lumayan lengkap. Dari benang rajut (duh lucu-lucu, bikin ngiler, walau ngga bisa merajut), sampai alat buat scrapbook (bahan dan alat scrapbook saya udah lenyap semua, dijual waktu di Oman mau pindahan, sekardus gede hehe…hobi masa lalu :P). Terus sempat dapat brosur toko jual kain, ya ampuuun…lucu-lucunya. Musti ke sana ntar!

Path 2014-12-20 15_52

Sebenarnya masih banyak hal baru yang saya temui dan pelajari di sini. Tapi daripada kepanjangan, saya juga capek ngetiknya, yang baca juga capek hehehe Sebulan memang seperti baru sebentar. Tapi karena di sini informasi lengkap dan gampang diperoleh (mulai dari apa yang harus dilakukan begitu datang, aktivitas di sini kalau mau indoor outdoor, sampai cara hemat energi, sekolah dll) semua ada websitenya, jadi saya berasa seperti sudah tinggal lama di sini. Kadang saya juga berasa overwhelm dengan banyaknya informasi yang ada, tapi di sisi lain informasi yang banyak bgt itu sangat membantu orang-orang yang baru datang seperti kami 🙂

Dua bulan ke depan things to do nggak muluk-muluk. Cuma make sure anak-anak happy dan settle di sekolah barunya, cariin aktivitas tambahan buat mereka, sama house hunting. Yay! 🙂

Recommended Articles

6 Comments

  1. Hi,

    salam kenal. Saya tinggal di Auckland.

    salam,
    Riny

  2. Hi mba Riny, salam kenal juga 🙂
    Makasih udah mampir ya mba 🙂

  3. Mamanya AiNidaNeelu

    Hi Dedek……….perlu ngenalin diri lg ga yaaahhhh

  4. mba Naniiikkkk…! Makasih udah mampir blogku ya mba 🙂

  5. Hi mbak dedek, salam kenal. Saya tertarik dgn tulisan mbak di blog ini ttg wellinton. bolehkah berkorespondensi dgn saya ? Ada bnyk hal yg ingin saya tanyakan ttg hidup disana krna ada rencana tahun depan saya dan keluarga tinggal di NZ. terimakasih. nice blog 🙂

  6. Allo mas Budi, terimakasih banyak sudah mampir di blog saya. Silahkan mas, dengan senang hati kalau ada yang bisa saya bantu. Email saya dagunawan@gmail.com 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *