Iya, paranoid. Saya lama-lama jadi paranoid. Padahal biasanya saya percaya-percaya aja, bahkan sama orang yang baru kenal sekalipun.
Mau makan sekarang was-was. Ini pakai formalin nggak ya? Pakai pewarna tekstil? Pakai bahan kimia apa saja? Aspartame? Borax? Makan seafood deg-degan mercury. Makan ikan dan tahu was-was formalin. Sayuran ngeri pestisida. Daging ayam takut flu burung. Belum lagi issue yang daging tikus itu. Daging sagi? Waduh, kalau madcow gimana? Belum lagi sekarang ada issue telor palsu. Benar-benar menurunkan nafsu makan. Jadi kita makan apa?
Mau belanja online juga deg-degan. Kalau ditipu gimana? Kalau nanti barangnya jelek gimana? kan cuma liat dari foto. Padahal saya juga pedagang online. Dan nggak mau nipu.
Mau naik pesawat, takut juga. Kalau pesawatnya jelek gimana? Kalau perawatannya asal gimana? Tau sendiri kan perlindungan hukum untuk konsumen di Indonesia kurang sekali. Apalagi kalau masalah pesawat, kalau ada apa-apa, di udara gitu lhoooo…
Lama-lama jadi capek sendiri. Beberapa jadinya saya cuek aja. Makanan kalau emang enak, ya lupakan sejenak kuman-kuman dan bahan kimia itu. Tapi kalau lagi inget, ya sok bergaya hidup sehat. Makan organik!hehehe Pesawat juga. Tapi saya lebih suka naik budget flight yang *ir*si* itu daripada naik pesawat yang nggak budgettapiperawatannyabudget. Sepertinya pesawat *ir*si* itu lebih terawat, kabinnya bersih, termasuk interior dalam yang (buatoranglainmungkin) nggak penting, tapi membuat saya merasa lebih aman.
Jadi ingat salah seorang teman saya. Saking parnonya, dia nggak mau sama sekali untuk parkir menggunakan jasa vallet kemanapun dia pergi. Dia lebih betah muter-muter, bahkan sampai beberapa jam, nunggu parkiran kosong, daripada harus vallet. Untung saya belum tidak separno itu. Kalau akibatnya belum sampai mempengaruhi kesehatan dan keselamatan, saya masih OK. Termasuk soal belanja online (ya lain kali kan jadi nggak belanja di situ. Dan semoga yang nipu kena karmanya hehehe), vallet, parkir paralel (ada temen saya yang lain yang nggak mau sama sekali mobilnya diparkir paralel. Karena takut lecet ketika didorong-dorong katanya), dan parkir beberapa hari di parkiran umum (saya pernah ninggalin mobil di bandara, ninggalin mobil di Gambir, dan parkiran-parkiran lain. Alhamdulillah, aman-aman aja). Soal nggak percaya vallet ini, saya juga sempat nggak nyangka. Waktu pernikahan saya, di Rumah Ranadi, parkirnya memang tidak luas. Untuk akad nikah masih OK karena hanya keluarga yang hadir. Tapi untuk resepsi saya menyewa vallet. Sedihnya, ternyata ada beberapa teman saya yang tidak percaya vallet, dan memilih untuk parkir nun jauh di jalanan, atau sang suami tetap menyetir mobil keliling-keliling, dan sang pasangan memberi salam, langsung pulang. Waduh! Padahal valletnya itu bener-bener bukan vallet asal kok…itu perusahaan vallet professional, yang juga menangani vallet di beberapa hotel dan mal.
Di satu sisi, paranoid (yang tidak berlebihan) mungkin ada sisi positifnya juga. Kita jadi lebih waspada, lebih aware sama kemungkinan-kemungkinan terburuk. Jadi bisa lebih preventif. Ya, asal tidak berlebihan.
Kalau buat saya, ke-paranoid-an saya sama makanan jadi buat saya makin rajin..masak!hihihi…Iya, saya suka makan. Suka masak juga, soalnya bisa eksperimen sesuka hati saya. Nggak akan ada yang protes kalau bakso saya bakar dan saya kasih kuah mpek-mpek. Saya yang buat, saya yang makan. Nggak bisa protes kan?hehehe Tapi hobi masaknya, sama seperti hobi-hobi yang lain, amat sangat ditentukan oleh MOOD! Nah, karena parno ini saya jadi lebih niat masak. Setidaknya saya tau makanan itu terbuat dari bahan terbaik (yang bisa saya dapat), tidak mengandung MSG, pengawet, apalagi borax dan formalin. Bagus kan pengaruhnya? 😀
*baca soal valet*
untung sy gak punya mobil….loh?!?
pake keyakinan dong, kan sebelom apa2 baca do’a dulu 🙂 kalo serba takut malah kelaperan n gak sampe tujuan, mas ..
heheh setuju mas, makanya kan udah saya bilang di atas, cuek is the best! 😉 btw, saya perempuan mas, jangan dipanggil mas 😛