Ya, EGP atau Emang Gue Pikirin, satu jargon yang pernah hits pada masanya. Angkatan baby boomer seperti saya pasti ingat, bahkan mungkin pernah sering mengucapkannya dalam kehidupan sosial sehari-hari. Walaupun jargon lama tapi sepertinya tetap relevan untuk digunakan di masa sekarang. Di masa era digital, dimana banyak dari kita terjebak dalam kecanggihan ilmu dan teknologi yang makin leluasa mengisi semua aspek kehidupan pribadi dan masyarakat.

Di satu sisi, teknologi memungkinkan makin luasnya akses terhadap informasi global. Kita dapat mengakses berita, penelitian, dan pandangan dari seluruh dunia dalam hitungan detik, membuka wawasan dan pemahaman yang lebih luas.

Tetapi di sisi lain, akses tanpa batas terhadap informasi membawa risiko informasi yang tidak jelas kebenarannya. Berita palsu dan informasi yang tidak akurat dapat dengan mudah menyebar, menyulitkan kita membedakan antara fakta dan opini.

Begitu juga dengan hubungan sosial. Perkembangan teknologi yang begitu pesat memungkinkan individu untuk lebih mudah terhubung dengan teman, keluarga, dan masyarakat global, menciptakan jaringan sosial yang lebih luas. Namun di sisi lain, di balik kebebasan tersebut, muncul fenomena baru yang kerap disebut FOPO atau Fear of Other People’s Opinion.

Dalam buku berjudul The First Rule of Mastery: Stop Worrying about What People Think of You, yang ditulis oleh Michael Gervais, PhD dijelaskan bahwa FOPO adalah kekhawatiran seseorang terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Fenomena yang sangat umum terjadi. Tapi ketakutan tersebut bisa menjadi obsesi yang tidak rasional, tidak produktif, dan tidak sehat. FOPO dapat menjadi penghambat terbesar bagi potensi diri seseorang.

FOPO bisa membuat kita ragu-ragu untuk bertindak, karena takut dan malu dengan pendapat orang nantinya, yang akhirnya membuat kita diam di tempat, tidak bisa mengeluarkan potensi diri dan tidak berani melakukan langkah maju. FOPO bisa muncul dari rasa tidak percaya diri, keinginan untuk diterima kalangan dan lingkungan tertentu, atau bahkan ketakutan akan penolakan.

Di saat seperti inilah menurut saya, konsep EGP dapat membantu kita membebaskan diri dari jerat opini negatif tersebut.

EGP (Emang Gue Pikirin): Keberanian untuk Menjadi Diri Sendiri
EGP mengajarkan kita untuk fokus pada diri sendiri tanpa terlalu memusingkan atau terbebani oleh pendapat orang lain. Bahwa kebahagiaan dan keberhasilan hidup tidak seharusnya ditentukan oleh persetujuan orang lain. Kalau kita berhasil dan orang lain ikut senang? Ya bagus, alhamdulillah. Kita melakukannya untuk diri kita sendiri, bukan untuk menyenangkan orang lain. Sebaliknya, kalau ada yang tidak suka dengan kita dan pencapaian kita? Ya, EGP.

Di balik EGP tersimpan arti pentingnya membangun kepercayaan diri sebagai kunci kesuksesan. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta menerima diri apa adanya, adalah langkah awal untuk menumbuhkan kepercayaan diri agar tidak gampang tergoyahkan oleh opini negatif orang lain.

“Care about what other people think and you will always be their prisoner.”—Lao Tzu.
Terjebak memikirkan pendapat orang terhadap kita akan membuat hidup seperti dalam penjara. Apa-apa salah. Padahal pendapat orang lain sifatnya subjektif dan bisa berubah-ubah. Apa yang dianggap negatif hari ini, mungkin dianggap positif esok hari. Dan ada berbagai macam alasan orang berkomentar tentang kita. Kadang mungkin benar, tapi tak jarang salah. Menggantungkan kebahagiaan dan kesuksesan pada pendapat orang lain adalah fondasi yang rapuh dan hanya akan mempengaruhi pertumbuhan kita. Di balik kata EGP yang seperti sederharna, ada pengertian bahwa tidak semua pendapat orang lain perlu dipikirkan atau dijadikan ukuran kebahagiaan.

Meskipun demikian, bukan berarti kita menjadi kasar dalam memperlakukan orang lain yang berpendapat tentang kita. Kemampuan menyuarakan pendapat dengan bijak dan menerima kritik konstruktif adalah juga bagian dari pertumbuhan kita sebagai pribadi. EGP tidak berarti kita menolak mentah-mentah semua pendapat tentang kita. Memilah-milah mana yang perlu dipikirkan dan mana yang bisa diabaikan adalah kunci dari konsep EGP.

Ingatlah, hidup ini untuk dinikmati, bukan untuk diperbudak oleh pendapat negatif orang lain.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *