Setiap kali membaca soal gizi buruk atau busung lapar yang terjadi di Indonesia, saya jadi miris sendiri. Negara dengan tanah yang subur, dimana konon tongkat kayu pun jadi tanaman, tapi masih banyak yang kekurangan gizi dan tidak bisa makan? Saya jadi ingat pepatah yang satu ini, tikus mati di lumbung padi. Sedih ya…
Swasembada pangan yang merata dan berkesinambungan seharusnya bukan hanya sekedar mimpi dan angan belaka. Pemerintah dan masyarakat bisa bersatu padu untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan lahan tidur untuk ditanami komoditas pangan. Lahan tidur di Indonesia cukup besar areanya, terutama di daerah Kalimantan dan Sumatera. Ada sumber yang menyebutkan luasnya sampai 14 hektar, ada yang 9 hektar. Area yang cukup besar untuk membantu mencapai swasembada pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Di tengah berita tentang etos kerja generasi millennial, saya ikut bangga ketika membaca berita tentang munculnya berbagai inisiatif dari generasi yang satu ini, terutama di bidang pertanian dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Salah satunya adalah Seni Tani, kebun pertanian urban yang mengusung konsep Community Supported Agriculture (CSA).
Seni Tani, Berkebun dengan Seni Ramah Lingkungan
Komunitas yang berada di Arcamanik, Bandung, ini awalnya didirikan oleh Vania Febriyantie dan empat orang temannya. Komunitas ini awalnya berasal dari para anggota aktif dalam Komunitas Seribu Kebun. Komunitas yang berperan sebagai wadah bagi individu yang memiliki minat dalam pertanian, dimana para anggota dapat berbagi pengetahuan serta pengalaman terkait pertanian. Bukan sekadar bercocok tanam, komunitas ini memiliki perhatian khusus terhadap keadaan lingkungan sekitar. Pendekatan yang diterapkan dalam praktik pertanian di komunitas ini cenderung alami, ramah lingkungan, dan berfokus pada regenerasi petani.
Inisiatif untuk membentuk Seni Tani muncul di saat pandemi, sebagai respons terhadap kekhawatiran dan keprihatinan akan kondisi krisis pangan, di Bandung khususnya. Berdasarkan data dinas setempat, lebih dari 90% bahan pangan di Kota Bandung berasal dari daerah lain.
Krisis pangan menurut Seni Tani, bukan hanya soal kecukupan jumlah pangan, tetapi juga kualitas pangan. Sekarang dengan makin maraknya gempuran kedai penjaja makanan fast food, makanan-makanan buatan begitu gampang dan terjangkau untuk didapat. Anak-anak muda di perkotaan cenderung lebih suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis, dengan pewarna dan pengawet buatan. Sedangkan real food, apalagi yang organik, cenderung mahal dan tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat.
Kondisi krisis pangan di satu sisi, sedangkan di sisi lain, banyak lahan kosong yang terlantar dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Salah satunya di Kelurahan Arcamanik, Bandung. Komunitas Seni Tani kemudian melobi pemerintah kota Bandung agar diperbolehkan untuk mengelola lahan tidur di area lintasan saluran tegangan tinggi Arcamanik. Kawasan ini dahulu kerap menjadi tempat pembuangan sampah liar.
Seni Tani kemudian berhasil mendapat izin untuk mengelola 150 m2 lahan tidur, tetapi dengan lokasi terpencar di beberapa titik. Dengan karakter tanah yang beragam, mulai dari tanah lempung sampai brangkal, lahan-lahan tersebut kemudian digarap hingga menjadi lahan yang layak ditanami.
Dalam kurun waktu 1 tahun, Seni Tani berhasil menghasilkan panen sayur lebih dari 150 kg, yang kemudian didistribusikan melalui Kelompok Tani Sauyunan dengan sistem CSA, Community Supported Agriculture. Sistem dimana para anggota kelompok yang berjumlah sekitar 20an orang membayar di awal bulan sebelum benih sayur ditanam. Dengan demikian petani urban mendapat kepastian, pembayaran di muka sebelum panen.
Hingga saat ini, bersama tiga orang petani muda, Seni Tani sudah memanfaatkan 1.000 m2 lahan tidur dan telah menghasilkan lebih dari 330 ribu kg berbagai jenis sayuran sehat. Sayuran-sayuran ini mendapatkan nutrisi alami dari kompos yang juga diolah oleh Seni Tani dengan memanfaatkan berbagai material organik di sekitar kebun seperti rumput liar, ilalang, jerami padi, hingga ampas kopi dari beberapa kedai kopi mitra. Hingga bulan Oktober tahun lalu, Seni Tani telah menghasilkan 2.580 kg panen kompos dan memanfaatkan sebanyak 920 kg ampas kopi.
Seni Tani dan misinya
Dengan berbagai program kegiatannya, Seni Tani sendiri memiliki misi untuk meregenerasi para petani. Pemanfaatan lahan tidur yang terbengkalai di daerah perkotaan juga membuka peluang besar untuk menciptakan akses pangan yang lebih dekat dan lebih sehat.
Dari segi sosial, Seni Tani melibatkan pemuda dan komunitas untuk mendapatkan nature healing melalui Kebun Komunal, memberikan pelatihan urban farming, serta menyediakan akses pangan lokal yang sehat dan berkualitas.
Secara ekonomi, Seni Tani membantu para lulusan SMA atau yang belum bisa kuliah untuk bekerja di kebun Seni Tani, sehingga bisa menjadi lebih mandiri dan memiliki jaminan pendapatan melalui sistem CSA yang mereka terapkan dalam penjualan hasil pertanian.
Lahan tanam Seni Tani saat ini terbagi dua, yaitu area kebun komunal dan produksi. Area kebun komunal terbuka untuk warga dan sukarelawan yang dibuka pada Minggu pagi dengan kegiatan berkebun bersama, membuat pupuk, membuat eco-enzyme, dan lain-lain. Untuk area kebun produksi, di sinilah sayur-mayur ditanam untuk didistribusikan dengan sistem CSA.
Sampai saat ini, banyak pihak yang mendukung perkembangan Seni Tani. Kelurahan Sukamiskin memberikan izin untuk penggunaan lahan tidur, Badan Ketahanan Pangan Kota Bandung memberikan bibit, dan Kemenpora memberikan dana bantuan untuk membangun infrastruktur kebun. Dengan berbagai dukungan yang ada, kebun jadi layak dikunjungi para warga dan bisa menjadi tempat pembelajaran tentang pertanian.
Selain dukungan-dukungan tersebut, Vania pun mendapatkan apresiasi dari Astra. Vania menjadi Penerima Apresiasi Kategori Khusus: Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 SATU Indonesia Awards 2021.
Saya sendiri sebagai gardening enthusiast, ingin sekali bergabung dengan komunitas ini. Semoga suatu saat nanti bisa bergabung ya…Dan semoga inisiatif mulia seperti Seni Tani ini dapat terus dijaga keberlangsungannya ya, dan lebih banyak lagi pihak yang dapat merasakan manfaatnya 🙂