Ini tulisan lama sebenarnya. Saya tulis Januari 2008. Saya baca lagi, dan masih sesuai dengan keadaan sekitar saya. Walaupun mungkin kasusnya udah beda, nggak lagi soal mantan. Ikhlas, ilmu paling susah untuk dipelajari dalam hidup.
Ada cerita tentang dua orang teman saya, yang saya kenal baik. Mereka jadian, dan saya senang, karena saya ikut andil dalam ‘perjodohan’ itu. Sekarang, mereka putus. Dan hubungan pertemanan kami bertiga pun putus. Saya sedih.
Bukan hanya itu, saya pun jadi serba salah. Ngomong sama si A, dikira tidak memihak si B. Jalan sama si B, dikira nggak setia kawan dengan si A. Ah, saya ingin kembali seperti dulu. Dan sekarang, saya menyesal ikut dalam ‘perjodohan’ itu. Saya sedih.
Di satu sisi, saya nggak ingin memihak siapa-siapa. Di sisi lain, saya ingin bilang sama si B (yang perempuan) kalau masalah sepele jangan sampai jadi alasan putusnya hubungan mereka. Masalah sepele? Iya, terdengar sepele. Tapi ternyata nggak buat B. Masalahnya karena si A (teman saya yang baik hati, ramah sama semua makhluk hidup, dan nggak tegaan itu) masih berhubungan baik dengan mantannya. Mantannya masih pengen balik sama A (saya tau itu, yakin! hehehe). Menurut B, seharusnya A lebih mikirin perasaan dia, dan ya udah nggak usah hubungan lagi dengan mantannya, karena B nggak suka. Duh, saya jadi merasa seperti sedang nulis naskah sinetron remaja kejar tayang. Nggak berbobot dan ceritanya terlalu gampang ditebak…!
Tapi dalam kehidupan nyata, ternyata nggak segampang itu. Lagi-lagi, saya jadi serba salah. Saya ingin mereka berdamai. Saya yakin A sayang bangeut sama B. Tapi mungkin sulit buat dia untuk menjauhi mantannya seperti permintaan B, karena ya itu tadi, nggak tega! Di sisi lain, saya juga bisa ngerti perasaan dan keinginan si B. Wong gini-gini perasaan saya kan halus hehehe…
Yang ada, saya jadi pengen ngomel-ngomel sama mantannya A. Mbok ya tau diri gitu lho. A adalah masa lalunya, let him go when he wants to leave. Please do understand, that he has someone else now. And you can’t just hold on like that. Saya perempuan, dan buat saya gengsi bangeut ya kalo sampe ada cowok yang masih deket-deket sama saya hanya karena kasian, nggak tega, dan sebagainya. Alhamdulillah juga belom pernah ada hehehe… Saya pengen ngomel deh sama mantannya A itu, tapi saya nggak kenal, jadi saya nggak bisa ngomel, makanya saya nulis aja di sini 😀
Mari kita mulai omelan saya.
Memang nggak gampang untuk ngelupain mantan kita. Dengan semua apa yang udah dialamin bareng, susah senang, agak nggak punya hati juga kalau kita langsung bisa melupakan mantan dalam sekejap. Semua memang butuh proses.
Buat saya bukan nggak gampang lagi ngelupain mantan. Tapi udah nggak mungkin. Bagaimana pun dia adalah orang-orang yang udah pernah mengisi hari-hari kita, pernah membuat hari-hari kita makin berwarna, membantu melewati hari-hari yang terkadang mendung, wah pokoknya banyak jasanya. Walaupun ketika kemudian hubungan nggak bisa berlanjut karena satu dan lain hal, kita udah belajar banyak kan dari hubungan itu.
Belajar banyak? Iya. Belajar berbagi, belajar sharing, belajar toleransi, belajar memahami orang lain, dan belajar banyak hal lainnya.
Tapiiiiiiiii…nggak melupakan bukan berarti kita masih pengen balik sama dia kan? Awalnya, sama seperti A, saya juga kasian dengan mantannya itu ketika mendengar cerita tentangnya. Tapi lama-lama saya jadi sebel juga. Bukan, bukan karena saya toleransi dengan B, tapi karena lama-lama saya nggak suka dengan apa yang dia lakukan. Menyamar sebagai A dan chatting dengan B, telp-telp A dan berkeluh kesah, wah banyak deh. Saya jadi nggak kasian lagi. Nggak heran juga kenapa A bisa ninggalin dia. Hei, be tough girl! Emang nggak gampang, tapi kalau kerjaannya tiap hari cuman meratap dan menangis-nangis, ya gimana bisa…?
Saya udah ngomel juga ke A. Maksudnya mungkin baik. Menemani sampai si mantannya itu bisa menerima. Tapi gimana bisa menerima dan melupakan, kalau A masih selalu ada? Well, nggak selalu sih. Cuekin aja lah.
Ada satu yang saya sangat percaya. Saya lupa mungkin ada di Al Quran, mungkin ada di Hadits Nabi, pokoknya katanya kalau kita kehilangan sesuatu, dan kita ikhlas, Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi, amiiin…
Percaya nggak percaya, Allah memang tahu yang terbaik buat kita. Kenapa kita masih keukeuh dengan pilihan kita kalau memang ternyata itu bukan?
Saya pernah beberapa kali patah hati. Dan percayalah, patah hati itu bukan jenis keahlian yang bisa diasah, yang bisa dipelajari. Bahkan kebalikan dari mempelajari sesuatu, yang makin lama pasti makin lancar itu, patah hati itu 180% berbeda. Makin lama makin sakit dibanding yang sebelumnya. Tapi lagi-lagi, kita jadi belajar.
Berterimakasihlah dengan mantan-mantan kita, seberapa pun buruknya hubungan kita dulu. Kalau nggak ada mereka, kita nggak akan tahu gimana hubungan yang kita mau. Kalau nggak ada mereka, kita juga nggak akan bersyukur dengan hubungan yang kita punya sekarang. Ya, indeed, we need to thank them! J
Saya jadi pengen ketawa sendiri. Kayaknya saya jago yak, kesannya saya pernah punya mantan-mantan yang buruk. Nggak kok, mantan saya baik-baik J Perlu waktu (dan kedewasaan) untuk bisa menerima bahwa hubungan emang nggak bisa dipaksain. Bahwa ada kekuatan yang lebih besar – jauh lebih besar daripada perasaan kami berdua – dari Sang Maha Berkehendak. Bahwa kami akan selalu berbahagia bila yang lain bahagia, walaupun berarti saya tidak dengan dia dan dia tidak dengan saya. Dan semoga dia mengerti alasan-alasan saya. Yah, intinya lagi-lagi, IKHLAS!
~buat A dan B, love you both…I know you will find your way..~
Update in 2020: A dan B nikah kok akhirnya 🙂
Artikel ini diikutsertakan minggu tema komunitas Indonesian Content Creator.
Jadi keinget mantan juga. Hahaha
Emang bener ga bisa di lupain ya. Tapi kita pun bisa bahagia dan menjalankan hidup bahagia tanpa mantan.
Ikut greget aku kak bacanya hahahah. Dan alhamdulillah yaaa mereka berdua naik pelaminan, jadi hubungan kakak dengan mereka udah ngak ada lagi gap dong ya?
beberapa temen juga suka curhat masalah masa lalunya yang beginibegitu, kadang heran juga kalo mereka pada susah move-on, mungkin ya memang ada kenangan yg susah dilupain, tapi nggak gitugitu jugalah ya, karena masih ada masa depan yang menanti, hihi..
Yaah, baca ini jadi auto keingat dengan seseorang di masa lalu. Suka dengan kalimatnya “Berterimakasihlah dengan mantan-mantan kita, seberapa pun buruknya hubungan kita dulu”, akhirnya bisa ikhlas dan berdamai dengan diri sendiri seiring usia yang bertambah. Saya jadi paham dan ngerti, ya memang beginilah takdir dan jalan hidup ya mba
alhammdulillah ya, masa depan siapa yang tahu, akhirnya mereka menikah juga. aku penasarannya a itu laki-laki apa perempuan hehe
patah hati itu bukan jenis keahlian yang bisa diasah, yang bisa dipelajari. Bahkan kebalikan dari mempelajari sesuatu, yang makin lama pasti makin lancar itu, patah hati itu 180% berbeda. Makin lama makin sakit dibanding yang sebelumnya” Saya suka kata-kata ini Mbak. dalem banget.
Kalo dipikir-pikir, iya banget tuh. Patah itu bukan hal yang bisa diasah, karena makin sering patah hati ya tetap rasanya sakit banget. Gimana nggak yaa, kan melibatkan hati. 🙂
Retaknya persahabatan karena cinta ini beberapa kali saya alami, efeknya nggak enaaaak banget. Jadi kikuk memulai persahabatan lagi dan memang ujung-ujungnya emang ga bisa dekat lagi. Meski kata orang enakan mengenal orang dari yang udah dekat alias teman, kalo saya sih lebih enak memilih orang dari orang yg ga dikenal sama sekali. hihi
Kaget waktu baca ensjngi, A dan B akhirnya nikah😁
Bicara soal mantan ya.. hmmm… Dulu aku juga pernah punya mantan yang memberi dampak buruk dalam hidup aku. Bisa dibilang toxic lah ya kalo zaman sekarang nih.
Tapi pada akhirnya karna ada masalah besar, kami berpisah. Tapi entah kenapa ya, mungkin karna wktu itu aku masih terbilang muda dan masih polos haha.. jadi aku seperti trauma dengan sebuah hubungan.
Lepas dari dia aku gak pernah buka hati utk laki2 manapun. Sama sekali gak, sampai sekitar 6 tahun.
Kalo Raisa punya lagu judulnya mantan terindah, mungkin aku kebalikannya deh. Mantan Terburuk haha..
Yah tapi meskipun toxic, dari dia lah aku belajar kehidupan. Gimana caranya untuk menilai org, cara memilih pasangan yg baik, dan gimana cara menjalani hubungan yg sehat. Tanpa meracuni pasangan dg sifat dan watak buruknya. And so on.
Nah kan, malah jadi curhat juga wkwkwkkw
Hihi finally nikah ya Alhamdulillah 🤭🙈🙈
Lucu emang kalau sahabat trus pacaran, bisa buyar.
Tapi lebih bagus lagi langsung nikah aja biar gak patah hati ayoo nikah #eh 🤭
dear kak dedek,
mantan oh mantan, emang unik ceritanya ya, hihihi.
kadang emang masalah sepele tapi di orang lain mah berat. karena beda sudut pandang tea ya
Waah, ma sya Allah, akhirnya nikah? Setelah melalui perjalanan berliku, ya. Habisnya aku kok ikut gemes baca bagian sampai harus menyamar segala. Kirain hikmahnya nanti soal itu, jangan memaksakan diri… Ternyata malah jadi contoh nyata soal berupaya terus (didukung doa juga mestinya ya) hingga bisa mencapai apa yang diinginkan. Semoga A dan B dikaruniai pernikahan yang sakinah mawaddah warohmah yaa. Eh, aku enggak salah menyimpulkan update-nya kan ya, Mbak? A dan B nikah akhirnya ini maksudnya “dengan”, kan? Atau maksudnya sekarang masing-masing sama-sama udah nikah tapi sama orang lain? Hehehe, maaf ya, Mbak, kalau salah.
A dan B nikah kok akhirnya. So happy ending alhamdulillah tapi malah jadi penasaran sama si C gimana akhirnya merelakan si A.
dapet hidayah kayaknya kak 😀
yang nyamar C mba. Yang nikah A dan B. Setuju mba, jangan memaksakan diri, kalau jodoh nggak kemana ya 🙂
iya Kak, karena nggak ngerasain sendiri jadi suka anggep sepele heheh
hahah iya Kak, no pacaran pacaran ya 😀
Nah, bener mba Putri. Mantan buruk itu dikirim supaya kita bisa lebih menghargai kalau yang sungguhan itu datang ya 🙂
hihi iya mba Ghina, aku juga ada yang sampe sekarang belom ngobrol2 biasa lagi 😀 semoga ntar suatu waktu ya 🙂
hahha ayo tebak mba Shafira 😀
iya mba Jihan, selalu ada hikmahnya ya belakangan 🙂
hihi iya mba Rizky, lebih baik fokus ke masa depan ya, daripada puyeng mikirin masa lalu yang udah lewat 😀
nggak ada Kak haha
betullll, yang penting fokus ke masa depan aja kan kak 😀
Memang serba salah ya mba kalau pernah terlibat dalam suatu perjodohan. Btw bisa dijadikan cerpen atau novel nih mba.
hahha, belum pernah nyoba nulis cerpen mba 😀