Berdamai dengan Masa Lalu

Ada cerita tentang dua orang teman saya, yang saya kenal baik. Mereka jadian, dan saya senang, karena saya ikut andil dalam ‘perjodohan’ itu. Sekarang, mereka putus. Dan hubungan pertemanan kami bertiga pun putus…Saya sedih…

Bukan hanya itu, saya pun jadi serba salah. Ngomong sama si A, dikira tidak memihak si B. Jalan sama si B, dikira nggak setia kawan dengan si A. Ah, saya ingin kembali seperti dulu. Dan sekarang, saya menyesal ikut dalam ‘perjodohan’ itu…Saya sedih…

Di satu sisi, saya nggak ingin memihak siapa-siapa. Di sisi lain, saya ingin bilang sama si B (yang perempuan) kalau masalah sepele jangan sampai jadi alasan putusnya hubungan mereka. Masalah sepele? Iya, terdengar sepele. Tapi ternyata nggak buat B. Masalahnya karena si A (teman saya yang baik hati, ramah sama semua makhluk hidup, dan nggak tegaan itu) masih berhubungan baik dengan mantannya. Mantannya masih pengen balik sama A (saya tau itu, yakin! hehehe). Menurut B, seharusnya A lebih mikirin perasaan dia, dan ya udah nggak usah hubungan lagi dengan mantannya, karena B nggak suka. Duh, saya jadi merasa seperti sedang nulis naskah sinetron remaja kejar tayang. Nggak berbobot dan ceritanya terlalu gampang ditebak…!

Tapi dalam kehidupan nyata, ternyata nggak segampang itu. Lagi-lagi, saya jadi serba salah. Saya ingin mereka berdamai. Saya yakin A sayang bangeut sama B. Tapi mungkin sulit buat dia untuk menjauhi mantannya seperti permintaan B, karena ya itu tadi, nggak tega! Di sisi lain, saya juga bisa ngerti perasaan dan keinginan si B. Wong gini-gini perasaan saya kan halus hehehe…

Yang ada, saya jadi pengen ngomel-ngomel sama mantannya A. Mbok ya tau diri gitu lho…A adalah masa lalunya, let him go when he wants to leave…please do understand, that he has someone else now…And you can’t just hold on like that…Saya perempuan, dan buat saya gengsi bangeut ya kalo sampe ada cowok yang masih deket-deket sama saya hanya karena kasian, nggak tega, dan sebagainya..(alhamdulillah juga belom pernah ada hehehe :P). Saya pengen ngomel deh sama mantannya A itu, tapi saya nggak kenal, jadi saya nggak bisa ngomel, makanya saya nulis aja di sini hehehe 😛  

Mari kita mulai omelan saya…

Memang nggak gampang untuk ngelupain mantan kita. Dengan semua apa yang udah dialamin bareng, susah senang, agak nggak punya hati juga kalau kita langsung bisa melupakan mantan dalam sekejap. Semua memang butuh proses.

Buat saya bukan nggak gampang lagi ngelupain mantan. Tapi udah nggak mungkin. Bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang udah pernah mengisi hari-hari kita, pernah membuat hari-hari kita makin berwarna, membantu melewati hari-hari yang terkadang mendung, wah pokoknya banyak jasanya. Walaupun ketika kemudian hubungan nggak bisa berlanjut karena satu dan lain hal, kita udah belajar banyak kan dari hubungan itu…

Belajar banyak? Iya…belajar berbagi, belajar sharing, belajar toleransi, belajar memahami orang lain, dan belajar banyak hal lainnya.

Tapiiiiiiiii…nggak melupakan bukan berarti kita masih berpegang pengen balik sama dia kan? Awalnya, sama seperti A, saya juga kasian dengan mantannya itu ketika mendengar cerita tentangnya. Tapi lama-lama saya jadi sebel juga. Bukan, bukan karena saya toleransi dengan B, tapi karena lama-lama saya nggak suka dengan apa yang dia lakukan. Menyamar sebagai A dan chatting dengan B, telp-telp A dan berkeluh kesah, wah banyak deh…Saya jadi nggak kasian lagi. Nggak heran juga kenapa A bisa ninggalin dia. Hei, be tougher girl! Emang nggak gampang, tapi kalau kerjaannya tiap hari cuman meratap dan menangis-nangis, ya gimana bisa…?

Ada satu yang saya sangat percaya. Saya lupa mungkin ada di Al Quran, mungkin ada di Hadits Nabi, pokoknya katanya kalau kita kehilangan sesuatu, dan kita ikhlas, Tuhan pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi, amien…

Percaya nggak percaya, Tuhan memang tahu yang terbaik buat kita. Kenapa kita masih keukeuh dengan pilihan kita kalau memang ternyata itu bukan?

Saya pernah beberapa kali patah hati. Dan percayalah, patah hati itu bukan jenis keahlian yang bisa diasah, yang bisa dipelajari. Bahkan kebalikan dari mempelajari sesuatu, yang makin lama pasti makin lancar itu, patah hati itu 180% berbeda. Makin lama makin sakit dibanding yang sebelumnya. Tapi lagi-lagi, kita jadi belajar.

Berterimakasihlah dengan mantan-mantan kita, seberapa pun buruknya hubungan kita dulu. Kalau nggak ada mereka, kita nggak akan tahu gimana hubungan yang kita mau. Kalau nggak ada mereka, kita juga nggak akan bersyukur dengan hubungan yang kita punya sekarang. Ya, indeed, we need to thank them! J

Hehehe…saya jadi pengen ketawa sendiri…Kayaknya saya jago yak, kesannya saya pernah punya mantan-mantan yang buruk. Nggak kok, mantan saya baik-baik J Perlu waktu (dan kedewasaan) untuk bisa menerima bahwa hubungan emang nggak bisa dipaksain, bahwa ada kekuatan yang lebih besar – jauh lebih besar daripada perasaan kami berdua – dari Sang Maha Berkehendak…bahwa kami akan selalu berbahagia bila yang lain bahagia-walaupun berarti saya tidak dengan dia-dan dia tidak dengan saya-…Dan semoga dia mengerti alasan-alasan saya…yah, intinya lagi-lagi, IKHLAS!

~buat A dan B, love you both…I know you will find ur way..~

 

Recommended Articles

3 Comments

  1. hahaha~ memang susah yah 😀

    gutlak deh dek ….

    BTW untung belon pernah patah hati tp kalo remuk hati sih udah pernah
    *injek-injek remukan* 😛

  2. hahaha…semua orang emang harus belajar patah dan remuk hati di..biar hidup makin berwarna, kalau hitamputih, gak seru! 😛

    Iya nih, gue butuh lots of luck untuk mendamaikan kedua orang itu…gile ye, gue berasa jadi nyokap-nyokap 😛

  3. gw gak suka deh kalo mbak dedek cerita-cerita… uhhhh… saya kan malu… (ttd. mantan A) 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *